Suara Mataram – Pemerintah Kota Mataram terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa megathrust yang bisa memicu tsunami. Salah satu langkah konkret adalah membentuk Forum Risiko Bencana (FRB) di delapan kelurahan pesisir yang tersebar di Kecamatan Ampenan dan Sekarbela.
“Delapan kelurahan ini jadi prioritas karena posisinya paling dekat dengan garis pantai. Kalau megathrust terjadi, wilayah pesisir akan menjadi yang pertama terdampak,” ujar Plt Kepala BPBD Kota Mataram, Muzaki, Senin (23/6/2025).
Baca Juga : Pemerintah Kembangkan Kabel Optik Bawah Laut untuk Sistem Deteksi Tsunami
Mataram yang terletak di Pulau Lombok berada di antara dua lempeng aktif, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan dan Lempeng Flores di utara. BPBD memprediksi Zona megathrust yang berada di wilayah NTB mampu memicu gempa dengan magnitudo hingga 8,9, dan pergeseran lempeng mencapai 4 cm per tahun.
“Zona megathrust NTB ini masuk peta prioritas nasional. Ancaman ini nyata dan tidak bisa kita abaikan,” kata Muzaki.
8 Kelurahan Pesisir Mataram Diperkuat dengan EWS dan Edukasi Bencana
Untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi bencana, Pemkot Mataram juga mendukung program Keluarga Tangguh Bencana (Katana). Program ini menyasar kelompok rentan, seperti ibu rumah tangga, lansia, dan anak-anak, agar memahami langkah evakuasi mandiri saat bencana terjadi.
“Biasanya, saat bencana datang, kepala keluarga sedang tidak di rumah. Maka kelompok rentan harus paham cara menyelamatkan diri,” lanjutnya.
Selain Katana, ada pula program Desa atau Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) yang kini naik ke level kecamatan melalui Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana). Skema berlapis ini bertujuan memperkuat mitigasi dari tingkat keluarga hingga kecamatan.
Untuk sistem peringatan dini tsunami, BPBD Mataram berencana membangun delapan menara Early Warning System (EWS) di delapan kelurahan pesisir. Namun, akibat keterbatasan anggaran, hanya tiga menara EWS yang bisa terealisasi tahun ini.
“Targetnya delapan titik, tapi karena pemotongan anggaran, hanya tiga EWS yang dibangun tahun ini,” ungkap Muzaki.
Dengan upaya ini, Mataram berharap bisa meminimalkan risiko korban jiwa dan kerugian materi jika bencana benar-benar terjadi. Pemerintah mengajak masyarakat untuk terus waspada, mengikuti simulasi evakuasi, dan aktif dalam forum kebencanaan yang telah dibentuk.